Senin, 18 Februari 2013

Do'a Sapu Jagad

Dalam sebuah hadist yang panjang di ceritakan bahwa Rasullah pernah menjumpai seorang laki-lai yang kumal dan miskin. Kemudian Rasullah menghampirinya seraya bertanya, "wahai Fulan, kenapa keadaan mu seperti ini?? " kemudian laki-laki itu menjawab " wahai Rasulullah, sesungguhnya aku seperti ini karna do'aku ya Rasullah.

Aku berdo'a ya.. Allah berikanlah kepadaku kesengsaraan di dunia dan kebahagian di akhirat, dan jadikanlah kesengsaraanku di dunia ini sebagai indikasi kebahagiaanku di akhirat." kemudian Rasulullah berkata" Wahai fulan, maukah engkau aku ajarkan sebuah do'a yang lebih baik??? laki-laki itu berkata, " mau ya Rasullah" kemudian Rasullah mengajarkan do'a

Ya Tuhan, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta selamatkanlah kami dari siksa neraka."


Ibnu Abbas.ra mengindikasikan kebahagiaan di dunia terdiri dari 6 capain
1. Pasangan hidup yang sholeh/sholehah
2. Anak yang sholeh/sholehah
 3. Lingkungan yang islami
4. Harta yang halal
5. umur yang barokah
6. Semangat untuk terus belajar dan mengamalkan Islam

Selengkapnya »»

Senin, 31 Desember 2012

KulTwit @SalimAfillah: Suara Hati

1. Jangan berkata: “Dari mana aku mulai?”! Ketaatan padaNya adalah titik awal segala sesuatu. #NtMS

2. Jangan berkata: “Mana jalanku?”! Syari’at Allah adalah langkah-langkah yang bertabur cahaya. #NtMS

3. Jangan berkata: “Kapan & di mana kenikmatanku?”! Cukuplah surga Allah tempat rehat & berlezatmu. #NtMS

4. Jangan berkata: “Besok sajalah aku akan memulai!” Bisa jadi detik ini adalah akhir perjalananmu. #NtMS

5. Di detik-detik nan bising & riuh, mengambil jeda itu penting. Sepenting memberi spasi antar kata agar terbaca & memberi makna. #NtMS

6. Iman tak menjaminmu tuk selalu berlimpah & tertawa. Tapi ia menjaminmu merasakan lembut elusan cintaNya pada apapun dera nan menimpa. #NtMS

7. Melihat spion itu perlu. Tapi sesekali saja. Merenungi masa lalu itu niscaya. Tapi jangan sampai ia membelenggu langkah maju kita. #NtMS

8. RidhaNya tak terletak pada sulit/mudahnya, lapang/sempitnya, suka/dukanya. Ia ada pada ketaatan kita di semua warna & rasa hidup itu. #NtMS

9. Jika perintah Allah terasa berat bagi kita; cara membuat ia jadi ringan ialah dengan melaksanakannya. Hikmah & mudahnya kan menyusuli. #NtMS

10. Tiap orang akan mati di atas apa yang dia biasakan berhidup padanya. Maka sekecil apapun kebaikan sangat berharga tuk diistiqamahkan. #NtMS

NtMS: Note to My Self; berbagi suara hati yang isi nasehatnya lebih tepat ditelunjukkan ke muka sendiri:) @SalimAfillah

Selengkapnya »»

Minggu, 11 April 2010

Antara Lemah-Lembut Atau Mengikuti Lubang Biawak


Semenjak penguasa global dunia menggulirkan megaproyek War On Terror (WOT / Perang melawan terorisme) tidak sedikit aktifis da’wah Islam yang seperti menjadi salah tingkah dalam menjalankan kegiatan da’wah. Pasalnya kian tahun kian jelas bahwa istilah War On Terror hanyalah sebuah istilah yang faktanya di lapangan berbicara lain. Hampir semua kasus yang diberi label aksi teror selalu saja menjadikan umat Islam sebagai fihak tertuduh. Bila kegiatan yang serupa dilakukan oleh bukan muslim media Barat seperti seragam untuk tidak menyebutnya sebagai tindakan aksi teror.


Bila sebuah aksi jelas-jelas bermuatan teror namun yang melakukan orang Barat bukan muslim, maka pasti ada penjelasannya menurut media Barat. Sebaliknya bila sebuah peristiwa masih bermotif multiinterpretasi maka dia segera dilabel sebagai aksi teror hanya karena pelakunya berasal dari kalangan muslim.

Semua hal di atas akhirnya mengarah kepada suatu public opinion making (pembentukan opini umum) bahwa aksi teror identik dengan ummat Islam dan bahkan ajaran Islam itu sendiri. Namun demikian penguasa global selalu membantah bahwa proyek WOT merupakan kegiatan memerangi ummat Islam apalagi agama Islam. Akhirnya mereka merumuskan menurut kemauan mereka sendiri apa yang merupakan ajaran Islam dan siapa yang merupakan ummat Islam. Islam, kata mereka, adalah agama yang mengajarkan cinta damai dan pemeluknya alias ummat Islam adalah mereka yang memahami jihad sebagai kegiatan melawan hawa nafsu. Sehingga bilamana ada orang mengaku muslim namun melakukan tindak kekerasan atas nama jihad, berarti yang mereka lakukan itu bukanlah bagian dari ajaran Islam dan pelakunya bukanlah bagian dari ummat Islam.

Karena hal ini berulang terus maka lambat-laun terbentuklah suatu opini bahwa siapa saja yang mengaku muslim dan terlibat dalam melakukan jihad dalam bentuk tindak kekerasan (baca: mengangkat senjata) berarti ia adalah teroris dan aksinya disebut terorisme. Malah siapa saja yang mengaku muslim dan setuju –walaupun tidak pernah terlibat- dengan jihad dalam bentuk tindak kekerasan berarti ia adalah pendukung teroris dan pendukung aksi terorisme. Dan sebaliknya, siapa saja yang mengaku muslim dan tidak pernah terlibat dan tidak setuju dengan jihad dalam bentuk tindak kekerasan berarti ia bukanlah teroris dan bukan pendukung terorisme. Apalagi jika ia mempunyai pandangan bahwa jihad bermakna perjuangan melawan hawa nafsu berarti inilah muslim yang sejati, muslim yang moderat menurut kacamata dunia modern dan penguasa global.

Opini seperti di atas begitu kuat disebarkan oleh media barat dan pro-barat sehingga sebagian aktifis da’wah pun turut menyuarakannya laksana beo. Maka muncullah di tengah ummat Islam para da’i yang menyerukan agar menjadi muslim sebagaimana dikehendaki oleh penguasa global barat dewasa ini. Hendaknya ummat Islam menjadi muslim moderat yang cinta damai yang bila berbicara jihad berarti maknanya ialah melawan hawa nafsu. Jangan pernah anggap jihad mengangkat senjata sebagai bagian dari Islam moderat, bahkan bagian dari Islam samasekali. Mereka inilah yang barangkali dimaksudkan oleh Rasulullah sebagai telah mengekor kepada fihak ahli Kitab kemanapun mereka pergi bahkan sampai ke lubang biawak sekalipun.

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ سَلَكُوا

جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ

“Kamu akan mengikuti perilaku orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga kalau mereka masuk ke lubang biawak pun kamu ikut memasukinya.” Para sahabat lantas bertanya, "Apakah yang anda maksud orang-orang Yahudi dan Nasrani, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Siapa lagi (kalau bukan mereka)?" (HR Bukhary)

Maka muncullah di tengah ummat para aktifis da’wah yang menyeru kepada Islam menurut kemauan penguasa global. Mereka menjadi agen-agen pendukung WOT dalam pengertian memerangi muslim mana saja yang memaknai Islam sebagai suatu ajaran jihad fii sabilillah dalam pengertian perlawanan terhadap thaghut tiran dan penjajah. Namun oleh para aktifis da’wah mereka itu dilabel sebagai kaum radikalis dan teroris. Para aktifis da’wah ini tidak menyadari bahwa mereka telah masuk ke dalam perangkap agenda penguasa global yang sejatinya memusuhi Islam dan kaum muslimin. Para aktifis da’wah ini telah salah menanggapi pernyataan George Bush yang berkata: ”It’s either you are with us (the international community) or with them (the terrorists)...!” (Kalian bersama kami -dunia internasional-atau bersama mereka -kaum teroris). Maka dengan naif dan konyolnya para aktifis da’wah tersebut memilih bersama penguasa global. Jangan-jangan mereka telah memposisikan diri menjadi seperti yang Nabi sinyalir di hadapan sahabat Hudzaifah, yaitu menjadi:

دُعَاةٌ إِلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ

Dai - dai yang mengajak ke pintu Jahanam.(HR Bukhary-Muslim)

Namun alhamdulillah di dalam tubuh ummat Islam masih saja Allah pastikan hadirnya para da’i sejati yang di tengah zaman penuh fitnah ini tetap memelihara identitas dan da’wah Islamiyyah yang otentik sebagaimana dikehendaki Allah dan RasulNya. Mereka adalah para aktifis da’wah yang di satu sisi faham bahwa Islam memang ajaran yang cinta damai. Dan pemahaman mereka tidak ada kaitan dengan opini yang ingin dibangun oleh penguasa global.

Para da’i ini faham bahwa Islam cinta damai karena memang demikianlah Allah ajarkan dan Rasulullah contohkan. Namun pada saat yang sama para da’i sejati ini juga tetap menjelaskan tanpa keraguan bahwa Islam adalah ajaran yang mengharuskan pemeliharaan izzul Islam wal muslimin (ketinggian ajaran Islam dan kehormatan ummat). Sehingga para da’i murni ini tetap mengajarkan makna sebenarnya dari segenap ajaran Islam, termasuk al-jihad fii sabilillah. Di satu sisi Nabi menyuruh kita agar senantiasa berharap kepada Allah keselamatan, ketenteraman dan kedamaian. Namun pada sisi lain Rasulullah juga menyuruh kita bersabar ketika musuh sudah berada di hadapan kita. Jangan lari. Sebab surga berada di bawah kilatan pedang.

أَيُّهَا النَّاسُ لَا تَتَمَنَّوْا لِقَاءَ الْعَدُوِّ وَسَلُوا اللَّهَ الْعَافِيَةَ فَإِذَا

لَقِيتُمُوهُمْ فَاصْبِرُوا وَاعْلَمُوا أَنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ ظِلَالِ السُّيُوفِ

“Hai manusia, janganlah berangan-angan ingin segera bertemu musuh dan mohonlah kepada Allah keselamatan. Namun jika kalian telah berhadapan dengan musuh, maka bersabarlah. Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya syurga di bawah naungan/kilatan pedang…”(HR Bukhary)

Berdasarkan hadits di atas jelas terlihat bagaimana Nabi menganjurkan seorang muslim untuk mengutamakan keselamatan dan kedamaian. Namun pada hadits di atas pula Nabi peringatkan agar kita jangan lengah dan pasif bila sudah berhadapan dengan musuh. Bahkan di penghujung hadits jelas sekali bahwa Nabi menginginkan agar setiap muslim senantiasa berada dalam keadaan siaga. Suatu kesiagaan yang boleh jadi hingga membutuhkan pengerahan senjata berperang di jalan Allah demi memelihara izzul Islam wal muslimin.

Berarti jelaslah, saudaraku. Pilihan hanya ada dua: menjadi seorang muslim lemah-lembut sambil sadar bahwa kapanpun kewajiban jihad telah muncul, maka ia harus bersegera menyambutnya. Atau menjadi seperti para dai yang mengajak ke pintu Jahanam. Yaitu mereka yang membeo kepada fihak penguasa global kafir dari kalangan ahli Kitab. Mereka ikut menyuarakan apa saja yang disuarakan penguasa global sehingga jika disuruh masuk ke lubang biawak sekalipun, maka para da’i palsu inipun ikut saja. Na’udzubillahi min dzaalika.

Selengkapnya »»

Sabtu, 30 Januari 2010

KEMULIAAN ISLAM MENURUT AL QURAN


Al-‘Izzah (Kemuliaan / Kekuatan) Hanyalah Bagi Allah, Rasul-Nya dan Orang-Orang Mukmin

وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ

"Padahal Al-?Izzah (kemuliaan / kekuatan) itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.? (QS. Al-Munaafiquun: 8)


Kemenangan Islam Atas Agama-Agama Lain

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

? Dia yang mengutuskan RasulNya dengan petunjuk dan agama yang benar(agama Islam), supaya Dia memenangkannya dan meninggikannya atas segala agama yang lain, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai? (QS. At-Taubah: 33)

Mukmin Sebagai Khalifah Di Muka Bumi

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

?Dan Allah telah menjanjikan bagi orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amalan soleh, bahawa Allah akan mengangkat mereka menjadi khalifah di muka bumi, sebagaimana orang-orang dahulu telah menjadi khalifah, dan Allah akan menetapkan agama mereka(Islam) yang diridhainya untuk mereka, dan akan menggantikan ketakutan mereka dengan keamanan. Mereka menyembah Aku dan tidak menyekutukan Aku dengan sesuatu juapun. Barang siapa yang kafir sesudah itu, maka mereka itulah orang yang fasik.? (QS. An-Nur: 55)

Pertolongan Allah kepada Mukminin

حَتَّى إِذَا اسْتَيْئَسَ الرُّسُلُ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ قَدْ كُذِبُوا جَاءَهُمْ نَصْرُنَا فَنُجِّيَ مَنْ نَشَاءُ وَلَا يُرَدُّ بَأْسُنَا عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِينَ

?Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami dari pada orang-orang yang berdosa.? (QS. Yusuf: 110)

Hancurnya Rencana Makar Dan Tipu Daya Musuh

وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ

?Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya mereka dan Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya.?( QS. Al Anfal: 30)

KEMULIAAN ISLAM MENURUT AS SUNNAH

Tersebarnya Islam Di Seluruh Dunia

عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ قَالَ، سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: لَيَبْلُغَنَّ هَذَا الْأَمْرُ مَا بَلَغَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَلَا يَتْرُكُ اللَّهُ بَيْتَ مَدَرٍ وَلَا وَبَرٍ إِلَّا أَدْخَلَهُ اللَّهُ هَذَا الدِّينَ بِعِزِّ عَزِيزٍ أَوْ بِذُلِّ ذَلِيلٍ عِزًّا يُعِزُّ اللَّهُ بِهِ الْإِسْلَامَ وَذُلًّا يُذِلُّ اللَّهُ بِهِ الْكُفْرَ.
وَكَانَ تَمِيمٌ الدَّارِيُّ يَقُولُ قَدْ عَرَفْتُ ذَلِكَ فِي أَهْلِ بَيْتِي لَقَدْ أَصَابَ مَنْ أَسْلَمَ مِنْهُمْ الْخَيْرُ وَالشَّرَفُ وَالْعِزُّ وَلَقَدْ أَصَابَ مَنْ كَانَ مِنْهُمْ كَافِرًا الذُّلُّ وَالصَّغَارُ وَالْجِزْيَةُ.

Dari Tamim Ad-Daari ?Radhiallahu ?Anhu berkata, aku telah mendengar Rasulullah ?Shallallahu ?Alaihi Wa ?Ala Alihi Wa Sallam bersabda: ?Sesungguhnya, urusan ini (Islam) akan sampai ke mana saja yang sampai oleh malam dan siang. Allah tidak akan meninggalkan sebuah rumahpun daripada penduduk dusun dan kampung melainkan Allah akan memasukkan ke dalamnya agama ini, dengan memuliakan orang yang mulia ataupun dengan menghinakan orang yang hina, yaitu Allah muliakan dengan Islam dan menghinakan dengan kekufuran.?
Berkata Tamim Ad-Daari ?Radhialahu ?Anhu: Aku telah melihat hal itu pada keluargaku. Sungguh yang memeluk Islam diantara mereka mendapat kebaikan, kehormatan dan kemuliaan, dan yang kafir diantara mereka mendapatkan kehinaan, kerendahan dan kewajiban membayar jizyah. (HR. Imam Ahmad dll dengan sanad Sahih)

Kekuasaan Islam Di Timur Dan Barat

" إن الله زوى ( أي جمع و ضم ) لي الأرض ، فرأيت مشارقها و مغاربها و إن أمتي سيبلغ ملكها ما زوي لي منها " . الحديث

Rasulullah ?Shallallahu ?Alaihi Wa ?Ala Alihi Wa Sallam bersabda:? Sesungguhnya Allah telah melipatkan bumi bagiku (menghimpunkan dan mengumpulkannya) lalu aku dapat melihat timur dan baratnya. Sesungguhnya kekuasaan umatku akan sampai ke semua tempat bumi yang dilipatkan bagiku..? (HR. Muslim dll)

Kemenangan Muslimin Atas Yahudi

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ، فَيَقْتُلُهُمْ الْمُسْلِمُونَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ، فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوْ الشَّجَرُ، يَا مُسْلِمُ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ، إِلَّا الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ".

Rasulullah ?Shallallahu ?Alaihi Wa ?Ala Alihi Wa Sallam bersabda: ?Tidak akan terjadi kiamat sehingga muslimin memerangi Yahudi. Mereka diperangi oleh muslimin sehingga orang yahudi bersembunyi dibalik batu dan pohon. Batu dan pohon itu berkata: Wahai muslim, wahai hamba Allah, Ini dia yahudi berada dibelakangku, kemarilah dan bunuhlah dia. Melainkan pohon Gharqad. Sesungguhnya ia adalah daripada pohon Yahudi? (HR. Muslim)

Kembalinya Khilafah Di Atas Manhaj Nubuwwah

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ

Dari Hudzaifah ?Radhiallahu ?Anhu, bahwa Nabi ?Shallallahu ?Alaihi Wa ?Ala Alihi Wa Sallam bersabda: ?Akan terjadi zaman kenabian di kalangan kamu sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah untuk terjadi. Kemudian Allah mengangkatkannya (menghilangkannya) ketika Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian terjadi khilafah di atas manhaj kenabian. Maka berlangsunglah ia sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah untuk berlangsung. Kemudian Allah mengangkat ketika Dia mengkehendakinya. Kemudian berlaku pemerintahan raja yang ?menggigit? (dzalim). Maka berlakulah ia sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah. Kemudian Allah megangkatkannya. Kemudian berlaku pemerintahan raja ?paksaan? (tangan besi). Maka berlakulah ia sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah. Kemudian Allah mengangkatkannya ketika Dia mengkehendaki. Kemudian terjadi khilafah di atas manhaj kenabiaan.? Kemudian beliau terdiam. (HR. Imam Ahmad dll dengan sanad Sahih)


Selengkapnya »»

Jumat, 08 Mei 2009

Melepas Belenggu Taklid dan Fanatisme



Oleh: Dr. Attabiq Luthfi, MA
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar”. (Fusshilat: 53)


Dr. Muhammad Abdullah As-Syarqawi mengomentari ayat di atas dengan mengatakan bahwa sesungguhnya Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi, di dalam Al-Qur’an telah mendorong akal manusia agar senantiasa memperhatikan, berpikir, serta merenung agar akal dan kalbunya merasa puas terhadap aspek ketuhanan, risalah dan kebangkitan.

Sungguh anugerah terbesar Allah kepada umat manusia adalah akal. Jika potensi ini tidak difungsikan atau difungsikan tidak maksimal, maka akan melahirkan sikap jumud yang membawa kepada taklid dan fanatisme buta. Justru Islam datang membawa prinsip keseimbangan (washathiyyah) setelah ideologi sebelumnya sangat kental dengan jumud dan fanatisme. “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang wasath (adil, pilihan, seimbang)”. (Al-Baqarah: 143)

Tindakan mengabaikan anugerah akal bisa menjerumuskan seseorang ke dalam siksa Allah seperti yang disaksikan sendiri oleh para penghuni neraka ketika mereka menyesali sikapnya dengan mengatakan, “Sekiranya kami mau mendengarkan atau menggunakan akal pikiran, niscaya kami tidak termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Al-Mulk: 10)

Untuk keluar dari jebakan taklid buta, umat Islam dituntut untuk berani melakukan “ijtihad” sebagai salah satu pilar tegaknya syariat dalam kehidupan manusia. Ketertinggalan umat Islam dari hakikat agama dan persoalan dunia, tiada lain karena ketertutupan akal mereka yang hanya cukup dengan apa yang mereka terima secara turun temurun (taklid buta). “Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah”, mereka menjawab, “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari nenek moyang kami, walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun dan tidak mendapat petunjuk”. (Al-Baqarah: 170)

Di dalam ayat lain, Allah mencela sikap taklid buta dengan menjelaskan keterlibatan syaitan yang membelenggu manusia untuk tetap bersikap jumud dan mengedepankan fanatisme. ““Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah”, mereka menjawab, “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya”. Apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa apai yang menyala-nyala”. (Luqman: 21)

Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthi mengingatkan bahwa jati diri umat Islam sekarang ini telah hilang; ciri-ciri peradabannya telah cerai berai dan terlupakan. Saat ini umat Islam hidup di bawah kekuasaan peradaban asing dengan segala aspek negatif dan penyimpangannya. Bahkan, justru kita menemukan bahwa ketundukan umat Islam terhadap kekuasaan peradaban asing adalah lebih besar daripada ketundukan orang-orang Barat sendiri selaku pemilik sekaligus pewaris peradaban tersebut. Ini berarti, bangunan masyarakat Islam saat ini telah miring, pilar-pilarnya telah condong ke bawah dan tidak mampu lagi berdiri tegak. Dalam kondisi labil seperti ini, umat Islam dituntut untuk melepaskan belenggu taklid buta dan sikap ikut-ikutan.

Dengan ijtihad, Allah hendak memberikan karunia kepada hamba-Nya, agar aktifitas ibadah yang mereka lakukan didasarkan kepada pemahaman (ijtihad), sebagaimana Allah mewajibkan jihad agar para hambanya yang shalih menjadi para syuhada. Apabila keutamaan mujahid adalah karena darah yang tercurah di medan perang, maka keutamaan para mujtahid adalah karena mereka mengerahkan segenap kesungguhan di dalam menggali hukum dalam rangka meninggikan kalimatullah.

Di sini, Allah telah mewajibkan kepada hamba-Nya untuk berijtihad (dalam pengertian secara bahasa yakni bersungguh-sungguh) dan menguji ketaatan mereka di dalam lingkup persoalan ijtihad, sebagaimana ketaatan mereka diuji dalam persoalan-persoalan lainnya. Allah berfirman, “Dan sesungguhnya Kami benar-benar akam menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar diantara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu”. (Muhammad: 31)

Dalam pandangan Dr. Wahbah Zuhaili, ijtihadlah yang akan menghidupkan kembali syariat di atas muka bumi Allah ini. Syariat tidak akan bisa bertahan selama aktifitas ijtihad tidak hidup, tidak memiliki daya kerja dan daya gerak. Sebab berbagai faktor pertumbuhan dan perkembangan kehidupan serta pentingnya penyebaran syariat Islam ke seluruh pelosok dunia meniscayakan kebutuhan akan ijtihad, terutama di masa kita sekarang ini, masa yang serba instan, komplek, serta penuh dengan tantangan peristiwa dan permasalahan baru. Sehingga tanpa ijtihad dan melepaskan belenggu taklid buta, syariat Islam akan kehilangan relevansinya di setiap zaman dan tempat. Ia akan membuat manusia merasa sempit dengan kehadirannya dan akan menimbulkan kekeliruan di dalam memandang agamanya. Padahal ijtihad merupakan salah satu karakteristik syariat Islam yang tidak akan tertutup pintunya sampai hari kiamat. Di sinilah bukti rahmat Islam yang akan membebaskan umatnya dari kesempitan. Allah menegaskan, “Dia tidak menjadikan di dalam agama ini suatu kesempitan bagi kalian”.(Al-Hajj: 78)

Mencermati realitas umat Islam dewasa ini yang semakin terpuruk dan tertinggal, maka karya nyata, kreativitas, ijtihad yang segar sangat ditunggu-tunggu untuk mengembalikan umat kepada kejayaannya yang gilang-gemilang dengan tetap komitmen dengan ajaran Islam yang komprehensif. Wallahu A’lam

Selengkapnya »»

Senin, 06 April 2009

Dahsyatnya Perang Hazab (perang Khandak)


Pasukan multinasional yang terdiri dari Kaum Musyrikin dari Mekah dilengkapi dengan Kaum Yahudi di Jazirah Arab telah bertekad untuk menghabisi Umat Islam sekali dan selamanya. Setelah kekalahan Perang Badar dan ketidakberhasilan Perang Uhud, Kaum Musyrikin masygul hatinya. Menyaksikan Islam berkembang dengan cepat, kegeraman dari para penyembah berhala Latta dan Uzza ini semakin tinggi.


Bujukan Yahudi untuk melakukan koalisi multi suku untuk menghabisi pangkalan umat Islam di Medinah menyebabkan semangat kaum Musyrikin bangkit lagi. Abu Sofyan langsung memimpin pasukan koalisi ini untuk menyerang habis-habisan benteng umat Islam.

Menurut catatan sejarah, Perang yang terjadi pada tahun kelima Hijriyah pada bulan Syawal. Di tengah panen yang tidak menguntungkan dan Medinah dalam kondisi minus pangan, umat Islam harus menghadapi perjuangan mati dan hidup.

Bayangkan saja, pasukan koalisi ini telah berhasil mengumpulkan balatentara sampai 10.000 personil termasuk didalamnya pasukan berkuda dan artileri. Kita bisa menggambarkan bagaimana persiapan logistik dari seluruh suku yang memusuhi Islam menempuh perjalanan jauh antara lain dari Mekkah yang bisa berlangsung lebih dari dua minggu perjalanan berkuda dan unta.

Menghadapi kekuatan luar biasa kaum musyrikin ini, Rasulullah SAW bermusyawarah. Terkumpul kekuatan 3000 personil prajurit. Namun bisakah 3000 ini berhadapan frontal melawan 10.000. Perhitungan rasional mungkin sulit. Umat Islam tidak mau hanya mengandalkan keberanian tetapi juga taktik dan strategi yang jitu. Umat Islam memutuskan tidak menghadang mereka di luar Medinah.

Akhirnya berkat ide Salman Al Farisi maka bagian yang rawan dari Medinah dibuatkan parit yang lebar sehingga pasukan berkuda menjadi tidak efektif dan parit juga menutupi seluruh bagian yang bisa dilalui dengan mudah kecuali di pegunungan dan perkebunan kurma.

Hampir satu bulan pasukan multi suku ini mengepung umat Islam tanpa berhasil menaklukkan Meddinah. Usaha penyerangan menjadi sia-sia karena dapat dipatahkan umat Islam yang melepaskan panah dari seberang parit kepada siapa yang mendekat. Kita bisa membayangkan bagaimana dalam waktu sekitar satu bulan ini, pasukan koalisi berfikir keras untuk menembus benteng parit ini. Kalkulasi mereka akhirnya gagal menaklukan Medinah.

Beberapa pelajaran antara lain:

1. Menghadapi pasukan besar, kuat, canggih teknologi, umat Islam harus berfikir kreatif, tidak frontal.

2. Inovasi baru yang diperkenalkan Salman dari Iran mengharuskan umat Islam sekarang meminjam teknologi dan bantuan pengetahuan dari umat yang lain.

3. Kekompakan umat Islam dalam membangun parit simbol semangat persatuan.

4. Soliditas umat menjadikan kekuatan 10.000 tentara yang siap temput tidak berdaya.

5. Pengkhianat dari umat Yahudi akhrinya dihukum. Hati-hati terhadap tusukan dari belakang.

www.oasetarbiyah.com

Selengkapnya »»